Sudikah kita untuk Tau?
Diet Sesuai DNA, Benarkah Manjur Turunkan Berat Badan?
Apakah
kamu sudah mencoba berbagai diet, tapi tidak berhasil? Apa kamu juga sudah
berolahraga mati-matian, tapi berat badan tidak kunjung turun?
Kamu
mungkin tidak sendirian dalam hal ini. Karena itu, para peneliti berusaha
menemukan pola diet sesuai DNA masing-masing orang. Diharapkan, pola
diet yang baru ini lebih cocok bagi kondisi genetik setiap orang yang tentu
berbeda.
Namun,
apakah diet ini sudah terbukti ampuh turunkan berat badan? Seberapa jauh
efeknya bagi kesehatan?
David
Threadgill, Ph.D. dari Texas A&M College of Veterinary Medicine &
Biomedical Sciences, sebagai penulis pada makalah yang diterbitkan dalam jurnal
Genetics, telah melakukan penelitian tentang diet sesuai DNA yang bisa dicoba.
David
dan timnya memulai pengamatan mengenai diet DNA ini berdasarkan sindrom
metabolik yang dimiliki masing-masing orang.
Menurut
David, saat ini ada banyak tips atau metode diet yang menjanjikan hasil
tertentu secara cepat dan diklaim cocok bagi semua orang.
Padahal,
tubuh dan metabolisme orang berbeda-beda sehingga metode diet tertentu belum
tentu cocok dan ampuh bagi orang dengan kondisi metabolik tertentu.
Metabolisme
sendiri adalah proses kimiawi dalam tubuh di mana asupan nutrisi dari makanan
atau minuman diubah menjadi sumber energi bagi setiap sel dalam tubuh.
Dengan
energi yang cukup, organ-organ tubuh manusia akan mampu bekerja sesuai
fungsinya. Akan tetapi, proses terjadinya metabolisme tidak sama persis pada
tubuh setiap orang.
Untuk
menguji hipotesis mereka, para peneliti dari Texas tersebut menggunakan
sejumlah tikus yang memiliki empat jenis rantai genetik (DNA) yang berbeda. Tikus-tikus
ini dibuatkan pola makan yang berbeda-beda jenisnya.
Diet
sesuai DNA ini dirancang sedemikian rupa sehingga hampir setara dengan menu
makanan yang umum.
Di
antaranya adalah makanan barat yang kebanyakan menu Amerika, makanan
Mediterania, makanan Jepang, dan makanan diet Maasai (Afrika bagian timur) atau
mirip dengan diet ketogenik.
Jika
ingin dijabarkan lebih dalam, diet menu Amerika merupakan makanan yang tinggi
lemak dan karbohidrat olahan. Diet Mediterania lebih menonjolkan makanan tinggi
serat, termasuk ekstrak anggur merah.
Sedangkan
makanan Jepang terdiri dari ekstrak teh hijau dan nasi. Terakhir, diet makanan
ketogenik merupakan makanan yang tinggi lemak dan protein, tapi hanya sedikit
sekali karbohidratnya.
Barrington,
salah satu periset dari penelitian tersebut, mencoba menggabungkan kandungan
serat dan senyawa bioaktif yang dianggap penting dalam uji coba ini.
Tidak
lupa juga, tim peneliti memantau kesehatan kardiometabolik tikus, mengukur
tekanan darah, gula darah, kadar kolesterol, dan melihat tanda-tanda adanya
perlemakan hati.
Tingkat
aktivitas fisik para tikus juga dipantau. Begitu pula dengan nafsu makan tikus
serta asupan makanannya.
Lalu bagaimana hasilnya?
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa 3 dari 4 diet sesuai DNA ini bekerja baik
untuk kebanyakan tikus. Akan tetapi, tikus dengan rantai genetik keempat tidak
merespon pola makan Jepang dengan baik.
Tikus-tikus
dengan dua jenis rantai genetik merespons diet ketogenik dengan sangat baik,
sedangkan tikus-tikus dengan dua jenis rantai genetik lainnya tidak cocok
menjalani diet kegotenik.
Menurut
Barrington, “Yang satu jadi obesitas dan mengalami kenaikan kolesterol serta
perlemakan hati. Satunya lagi jadi lebih lemas dan cenderung tidak mau
beraktivitas fisik, meskipun tubuhnya masih tetap ramping.”
Barrington
juga menjelaskan, bahwa ini sama saja dengan yang disebut “kurus tapi
berlemak” pada manusia. Di mana seseorang terlihat memiliki berat badan yang
sehat tapi sebenarnya memiliki persentase lemak tubuh yang tinggi.
Peneliti
mengharapkan dengan adanya penelitian awal ini, akan muncul ilmu baru lagi
terkait pola diet berbeda yang bisa diterapkan di masing-masing orang juga.
Makanan, diet, ataupun olahraga yang dilakukan juga akan disesuaikan dengan
genetik masing-masing.
Apa
diet sehat yang cocok untuk tubuh anda?
Temukan
jawabannya hanya di Klub Nyai Tante.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar