Sudikah kita untuk Tau?
Pro Kontra MSG: Benarkah Buruk untuk Kesehatan?
Monosodium
glutamat alias MSG adalah salah satu bahan makanan yang paling banyak
mendapatkan pemberitaan buruk. MSG atau yang lebih akrab dikenal sebagai mecin
diklaim bisa menyebabkan kecanduan dan bikin bodoh. Apa kata dunia kesehatan
soal bahaya MSG?
Kapan MSG pertama kali dipasarkan
sebagai bumbu penyedap?
MSG
telah digunakan sebagai bahan penambah rasa masakan sejak puluhan tahun yang
lalu. Pada zaman dulu, MSG adalah penyedap rasa alami yang diperoleh dari
proses pengolahan rumput laut. Seiring dengan perkembangan teknologi, kini MSG
dibuat dari proses fermentasi industri. MSG ditambahkan ke dalam masakan untuk
menghasilkan rasa gurih, mirip dengan glutamat yang diproduksi secara alami
oleh bahan makanan segar.
MSG adalah bumbu penyedap masakan
yang terbuat dari garam
MSG
adalah molekul garam yang dikombinasikan dengan asam amino L-glutamat. Molekul
garam ini digunakan untuk menstabilkan komponen glutamat. Glutamat yang
terkandung dalam asam amino berperan sebagai pemberi rasa gurih (umami).
Asam
amino glutamat bisa Anda temukan di hampir semua bahan dasar makanan, terutama
makanan berprotein tinggi, seperti produk susu, daging merah dan ikan, dan
banyak sayuran. Bahan makanan lainnya yang sering digunakan sebagai penyedap
alami, seperti jamur dan tomat, juga mengandung asam amino glutamat
alami dalam kadar tinggi.
Tubuh
manusia juga memproduksi asam amino glutamat dan memainkan peran penting dalam
fungsi tubuh normal. Bahkan, ASI mengandung glutamat 10 kali lebih banyak
dibandingkan susu sapi.
Lalu, kenapa katanya MSG buruk
untuk kesehatan?
Kontroversi
mengenai keamanan MSG mulai terangkat di tahun 1960-an, ketika badan keamanan
pangan Amerika Serikat (FDA) menerima banyak laporan mengenai efek samping yang
dialami banyak pengunjung restoran masakan Cina, sehingga menyeruaklah
istilah Chinese Restaurant Syndrome. Orang-orang
ini melaporkan bahwa mereka mengalami sakit kepala, mual, mati rasa yang
menjalar dari belakang leher hingga ke seluruh lengan dan punggung, dada sesak,
keringat deras, jantung berdebar, dan tubuh lemas setelah makan makanan
ber-MSG.
Maju
beberapa tahun ke depan, sebuah penelitian medis yang diterbitkan pada tahun
2011 dalam American Journal of Clinical Nutrition menemukan kaitan antara
konsumsi MSG yang berlebihan terhadap peningkatan risiko obesitas di
Cina. Cina memang menjadi salah satu negara dengan tingkat konsumsi MSG
terbesar.
Peneliti
menemukan bahwa individu yang mengonsumsi MSG dalam jumlah tinggi (4.2 gram per
hari) lebih rentan terhadap obesitas daripada orang-orang yang mengonsumsi MSG
masih dalam batas wajar atau malah sedikit sekali (0,4 gram per hari).
Namun
yang perlu dipahami, kelompok orang-orang dengan jumlah konsumsi MSG terbanyak
juga menunjukan gaya hidup yang tidak sehat – merokok, kurang gerak/jarang
olahraga, makan makanan berkalori tinggi, lemak tinggi, dan karbohidrat tinggi.
Karena tim peneliti tidak memasukkan faktor-faktor ini ke dalam perhitungan
mereka, masih diperlukan lebih banyak penelitian lainnya yang bisa membuktikan
bahwa konsumsi MSG adalah penyebab langsung dari kegemukan dan obesitas.
Studi-studi
yang lebih modern tentang bahaya MSG juga menemukan bahwa reaksi Chinese
Restaurant Syndrome seperti yang disebutkan di atas kemungkinan besar tidak
diakibatkan oleh MSG itu sendiri. Reaksi yang timbul kemungkinan besar
diakibatkan oleh alergi terhadap bahan penyerta dalam makanan tersebut,
seperti udang, kacang, bumbu dan rempah-rempah lainnya.
Walau
memang, peneliti mengakui gejala ringan akibat makan MSG bisa saja timbul pada
beberapa individu yang sensitif, terutama jika mengonsumsi makanan ber-MSG
dalam porsi besar saat perut kosong.
Jadi sebenarnya, MSG itu baik atau
buruk bagi kesehatan?
Terlepas
dari berbagai laporan dan cerita anekdot seputar bahaya MSG, FDA telah
menyatakan MSG sebagai bahan makanan yang “aman digunakan secara umum” dengan
label resmi GRAS. Keputusan FDA ini disepakati pula oleh World Health
Organization (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), juga Kementerian
Kesehatan RI.
Pemecahan
MSG dalam tubuh lebih cepat daripada lemak trans. Namun tidak seperti lemak trans,
studi ilmiah yang memelajari bahaya MSG tidak menemukan bahwa MSG menyebabkan
penambahan berat badan atau hilangnya kesadaran secara tiba-tiba. Puluhan
studi dan berbagai evaluasi ilmiah telah menyimpulkan bahwa MSG adalah
bahan penyedap rasa yang aman dan berguna untuk masakan.
Namun
sejatinya, perlakuan MSG adalah sama seperti bahan makanan lainnya, yaitu tidak
dikonsumsi berlebihan. Salah satu penelitian terbitan American
Journal of Clinical Nutrition yang membantah tentang bahaya MSG menyatakan
bahwa masyarakat luas tetap harus waspada terhadap efek samping kesehatan yang
mungkin terjadi akibat makan MSG dan agar lebih bijak mengatur porsinya.
Untuk
alasan tersebut, FDA meminta produsen makanan dan restoran-restoran untuk tetap
mencantumkan MSG dalam daftar komposisi produk mereka.
Apa
saja makanan yang sehat untuk tubuh anda?
Temukan
jawabannya hanya di Klub Nyai Tante.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar